Selasa, 16 Oktober 2012

SEDIKIT TENTANG MONOPOLI ALAMIAH

ebelum lebih jauh membahas mengenai monopoli alamiah, terlebih dahulu harus dikelompokkan macam-macam barang dalam perekonomian berdasarkan dua ciri (Mankiw, 2006:276) :
  • Apakah barangnya bersifat ekskludabel (excludable), yang artinya dapatkah masyarakat diminta untuk tidak memakai atau memanfaatkan barang tersebut?
  • Apakah barangnya bersifat persaingan (rival), yang artinya apakah jika seseorang memakai barang ini, maka peluang orang lain untuk memakainya berkurang?
Berdasarkan dua ciri tersebut, maka terdapat empat kategorisasi jenis barang dalam perekonomian (Mankiw, 2006: 277) :
  1. Barang pribadi (private goods) adalah barang yang bersifat eksludabel dan rival. Hampir semua barang yang terdapat dalam pasar adalah barang pribadi, sebagai contoh adalah es krim. Es krim jelas bersifat eksludabel karena kita bisa mencegah orang lain mengonsumsinya, dan dia juga bersifat rival, karena jika hanya ada sebuah corong es krim, dan ada seseorang yang mengonsumsinya, maka orang lain tidak bisa mengonsumsinya.
  2. Barang publik (public goods) adalah barang-barang yang tidak eksludabel juga tidak rival. Maksudnya adalah siapa saja tidak dapat dicegah untuk memanfaatkan barang ini, dan konsumsi seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain untuk melakukan hal yang sama. Contoh barang publik adalah pertahanan nasional. Jika suatu negara aman karena mampu melawan setiap serangan negara lain, maka siapa saja yang tinggal di dalam negara tersebut tidak bisa dicegah untuk turut menikmati rasa aman.
  3. Sumber daya milik bersama (common resources) adalah barang yang tidak ekskludabel, namun rival. Contohnya adalah ikan di lautan. Tidak ada yang melarang seseorang menangkap ikan di laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun pada saat seseorang melakukannya, maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan atau peluang orang lain melakukan hal yang sama jadi berkurang.
  4. Yang terakhir adalah barang yang muncul dalam situasi monopoli alamiah, dimana dia bersifat eksludabel, namun tidak memiliki rival. Contoh paling mudah adalah jalan tol dalam kondisi yang kosong. Dengan berbagai macam alasan, misalnya adanya perbaikan secara massif, seseorang bisa saja dicegah untuk memasuki jalan tol meski ia berada dalam kondisi yang kosong. Namun dia tidaklah bersifat rival, karena ketika seseorang masuk ke dalam jalan tol yang kosong, dan dia tidak ada satupun aturan yang mencegah setiap orang untuk masuk ke  dalamnya, maka karena keadaan tersebut atau karena skala ekonomi (economies of scale) yang ia nikmati, maka orang tersebut menikmati kondisi monopoli alamiah.
Contoh lain adalah jasa pemadam kebakaran di suatu kota kecil. Sangatlah mudah untuk mencegah seseorang menikmati jasa ini. Petugas pemadam kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu saja. Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat rival, karena kebakaran rumah tidak terjadi setiap saat, dan setiap rumah memperoleh perlindungan yang sama. Petugas pemadam kebakaran lebih sering bersifat reaktif menunggu adanya laporan kebakaran, sehingga memberikan perlindungan kepada sebuah rumah tidak akan mengurangi kualitas perlindungan pada rumah-rumah yang lain. Dengan kata lain, begitu pemerintah kota membuat anggaran untuk jasa pemadam kebakaran, maka biaya tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah baru sangatlah kecil bahkan hampir tidak ada, atau bisa dibilang, biaya yang harus dikeluarkan tidak terlalu dipengaruhi penambahan permintaan.
Suatu industri disebut monopoli alamiah jika suatu perusahaan dapat menyediakan barang atau jasa pada seluruh pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah daripada dua atau tiga perusahaan sekaligus. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat skala ekonomi (economic of scale) di suatu daerah  output tertentu yang relevan. Sebagai contoh dapat kita lihat pada grafik yang terlampir di bawah ini:

Pada grafik terlihat biaya total rata-rata atau Average Total Cost (ATC) dari sebuah perusahaan yang menikmati monopoli alamiah karena skala ekonomi yang ia miliki. Pada kasus ini, suatu perusahaan tunggal dapat menghasilkan barang sejumlah berapa pun dengan biaya minimal. Artinya, jumlah output (quantity) berapa pun, sejumlah perusahaan akan menghasilkan jumlah output-per-perusahaan yang lebih sedikit, sementara biaya total rata-ratanya lebih tinggi (Winston, 2006:13).
Dalam grafik terlihat, ketika kurva biaya total (ATC) suatu perusahaan terus menurun, perusahaan memiliki sifat monopoli alamiah. Pada kasus ini, ketika produksi dibagikan kepada banyak perusahaan, masing-masing perusahaan akan memproduksi lebih sedikit, dan biaya total rata-rata meningkat. Hasilnya, dalam sebuah kondisi monopoli alamiah, suatu perusahaan dapat memproduksi jumlah berapa pun pada biaya yang minimal.
Suatu contoh lain dari monopoli alamiah adalah distribusi air. Untuk memberikan air kepada penduduk suatu kota, sebuah perusahaan membangun jaringan pipa di seluruh kota. Jika terdapat dua perusahaan atau lebih sekaligus yang berkompetisi dalam penyediaan jasa ini, masing-masing perusahaan harus membayar biaya tetap berupa pembangunan jaringan. Maka dari itu, biaya total rata-rata dari penyediaan air ini akan minimal dan menghasilkan output yang optimal ketika hanya ada satu perusahaan yang melayani seluruh pasar.
Ketika suatu perusahaan melakukan monopoli alamiah, perusahaan tersebut tidak akan terlalu peduli dengan perusahaan-perusahaan baru yang masuk sebagai kompetitor dan mengurangi kemampuan monopolinya. Hal ini berkenaan dengan kondisi di mana hampir setiap perusahaan yang melakukan monopoli alamiah mencapai skala ekonominya karena dua faktor, yaitu penguasaan tertentu atas sebuah sumber daya inti atau perlindungan langsung dari pemerintah atau biasa dikenal dengan sebutan State Monopoly (Sokol,2009: 121).
Keuntungan si pemonopoli menarik pihak-pihak lain untuk masuk ke pasar, dan pihak-pihak yang baru ini membuat pasar tersebut lebih kompetitif. Sebaliknya, masuk ke pasar di mana terdapat perusahaan lain yang merupakan monopoli alamiah tidaklah menarik. Perusahaan-perusahaan yang berminat untuk masuk sadar bahwa mereka tidak dapat mencapai tingkat biaya yang sama rendahnya dengan si pemonopoli karena, setelah mereka masuk ke pasar, masing-masing harus berbagi jumlah permintaan dengan si pemonopoli di pasar tersebut (Mankiw, 2004: 390).
Sebagai contoh adalah dalam kasus monopoli alamiah yang dilakukan oleh Pertamina dalam pasar penjualan gas elpiji. Pertamina melakukan monopoli alamiah karena tidak ada pelaku usaha lain yang mau masuk ke pasar dan menjadi kompetitornya karena dinilai investasi awal untuk bisnis tersebut sangatlah tinggi. Pertamina, dalam hal ini, memiliki keuntungan karena memiliki sektor hulu yang lebih mapan akibat hak-hak eksklusif yang diberikan oleh negara di masa lalu, sedangkan bagi pelaku usaha lain yang ingin menjadi kompetitior harus membangun infrastruktur dari hulu dan tentunya untuk biayanya sangatlah tinggi (detik.com, 25 Januari 2009).
Dari contoh kasus di atas,  monopoli alamiah pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama dengan monopoli pada umumnya, dimana hambatan yang masuk ke pasar minimal disebabkan oleh tiga hal utama (Mankiw, 2006: 387):
  • Suatu sumber daya inti hanya dimiliki oleh suatu perusahaan.
  • Pemerintah memberikan hak eksklusif kepada suatu perusahaan untuk membuat barang atau jasa tertentu.
  • Biaya produksi barang tersebut untuk satu produsen lebih efisien daripada untuk banyak produsen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar