1. Latar belakang
Pada zaman sekarang ini kaum muda lebih
cenderung menyukai kesenian budaya luar yang seperti nya sudah mengglobalisasi,
dan juga faktor masuknya kesenian dari beberapa media contohnya televisi yang
membuat kaum muda tertarik untuk mencobanya. Mungkin disebagian besar kaum muda
dikota besar belum pernah mempelajari atau mungkin pernah mencoba kesenian
tradisonal daripada kaum muda yang tinggal dikota – kota kecil atau didesa
sudah dari kecil mempelajari kesenian tradisional daerah masing-masing.
2. Isi
Sudah
bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan
generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui
berbagai media, terutama televisi, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan
apresiasi terhadap kesenian tradisional.
Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional
seperti karawitan, gamelan, dan juga wayang baik itu wayang kulit, wayang orang
maupun wayang golek, mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan
tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya, kata Sri Handayani,
S.Pd, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) di
Semarang
Padahal, bukan tidak
mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu sama sekali tak mempunyai nilai
positif, kata Sri Handayani menambahkan.
Di masa sekarang ataupun masa yang akan datang tanggungjawab untuk
mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur tersebut bukan lagi ditentukan
sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat, dalam hal ini mereka para
pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar
kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman.
Terlebih lagi saat ini,
budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda.
Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan
kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah
tidak lagi mengenal budaya sendiri.
Menurut Handayani, hal yang berbanding terbalik justru
terjadi pada masyarakat dari luar negeri yang begitu antusias untuk mempelajari
kesenian tradisional Indonesia. Seperti remaja perwakilan dari berbagai negara
dikawasan Asia Pasifik yang mendapatkan beasiswa seni dan budaya Indonesia 2008
dari Departemen Luar Negeri RI. Mereka (penerima beasiswa) dengan antusias
belajar menabuh gamelan. Selain itu mereka juga diajari untuk membatik dan seni
keramik. Hal yang sama juga terjadi pada Elizabeth Karen, seorang wanita asal
Amerika. Berawal dari ketertarikannya akan budaya Jawa, lalu pada tahun 1990 ia
melakukan penelitian di IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang).
Sampai saat ini Ia masih nyinden bersama suaminya Muhammad Sholeh Adi Pramono,
seorang dalang dan seniman tradisi di Malang.
3. Kesimpulan
Sebaiknya
pemerintah lebih meningkatkan lagi mutu pendidikan kesenian tradisional yang
ditanam kan sejak dini. Dan masyarakat harus aktif dalam menarik kaum muda
untuk tertarik mempelajari kesenian tradisional untuk melestarikan seni dan
budaya yang merupakan warisan para leluhur yang telah dipertahankan sejak lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar